. DASAR TEORI
Pembuatan tempe
secara tradisional biasanya menggunakan tepung tempe yang dikeringkan di bawah sinar
matahari. Sekarang pembuatan tempe ada juga yang
menggunakan ragi tempe .
Tempe adalah makanan tradisional hasil
fermentasi oleh kapang Rhizopus oryzae sp. Pertumbuhan kapang
menyebabkan terjadinya pemutusan beberapa ikatan peptida pada protein kedelai
sehingga protein kedelai lebih mudah dicerna dan nilai gizinya meningkat. Tempe juga mengandung
beberapa vitamin B, mineral, lemak dan karbohidrat.
Tempe adalah
makanan yang enak, sehat dan banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat di
desa maupun dikota. Tempe
mengandung zat gizi yang tinggi. Kandungan protein (zat pembangun tubuh) dalam tempe sama dengan
kandungan protein dalam daging sapi. Oleh karena itu banyak orang ingin membuat
dan menikmati tempe
dengan mutu yang baik dan rasa yang memenuhi selera. Untuk itu dibutuhkan
inokulum tempe
yang berkualitas baik, disamping proses pembuatannya yang benar dan baik pula.
Selama proses fermentasi pembuatan tempe berlangsung, berkembanglah jamur-jamur
dari inokulum tempe yang ditaburkan, dan menghasilkan enzim-enzim yang
dapat memecah kedelai menjadi bahan yang mudah dicerna dan mempunyai
rasa serta aroma khas tempe.
1.1.
Bahan Baku
Untuk memproduksi tempe di gunakan
bahan baku pokok yang sama, yaitu kedelai. Jenis kedelai terdiri atas 4 macam,
yaitu:
1.
Kedelai kuning
2.
Kedelai hitam
3.
Kedelai coklat
4.
Kedelai hijau
Para pengrajin tempe
biasanya memakai kedelai kuning sebagai bahan baku utama. Pengrajin tempe biasanya
menggunakan kedelai kuning, akan tetapi juga kedelai jenis lain, terutama
kedelai hitam. Berdasarkan
bijinya, kedelai dibedakan menjadi:
1.
Kedelai berbiji besar bila bobot 100 bijinya lebih dari 13
gram
2.
Kedelai berbiji sedang bila bobot 100 bijinya antara 11 - 13
gram
3.
Kedelai berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 7 -11 gram
Proses pembuatan tempe masih perlu ditingkatkan dengan
berbagai penelitian , mengingat tempe memiliki kandungan gizi tinggi, terutama
protein nabati dan memiliki beberapa khasiat antara lain menurunkan kolesterol
darah.
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai,
kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan
sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan.
Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani,
namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik
untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
Biji kedelai yang dipakai oleh para
pengrajin untuk membuat tempe harus di kupas lebih dahulu dan biji
kedelai tahu digiling sesudah biji kedelai di rendam sekitar 7 jam lebih
dahulu. Tingkat mutu kedelai dapat di pilah sesuai kelas mutu
sebagai berikut :
Tabel 1. Syarat Pokok Mutu Kedelai
Kriteria % Bobot
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Mutu III
|
1. Kadar air maksimum
2. Kotoran maksimum
3. Butir rusak
4. Butir keriput
5. Butir belah
6. Butir warna lain
|
13 %
1 %
2 %
0 %
1 %
0 %
|
14 %
2 %
3 %
5 %
3 %
5 %
|
16 %
5 %
5 %
8 %
5 %
10 %
|
Sumber : SK Menteri No
501/Kpts/TP.803/8/1994
3.2.
Bahan Pembantu Pembuatan Tempe
Dalam pembuatan tempe
dikenal beberapa macam ragi atau laru tempe yang
digunakan dalam proses fermentasi agar dihasilkan tempe dengan kualitas tinggi. Secara
tradisional para pengrajin membuat laru
tempe dengan menggunakan tempe
yang sudah jadi. Tempe
tersebut di iris-iris tipis, dikeringkan, digiling menjadi bubuk halus dan
hasilnya digunakan sebagai bahan inokulum dalam proses fermentasi.
Laru lain yang sering dipakai adalah miselium kapang yang tumbuh di permukaan tempe . Salah satu macam
laru dari Jawa Tengah disebut usar,
dibuat dengan cara membiarkan spora kapang dari udara tumbuh pada kedelai
matang, yang ditaruh antara dua lapis daun waru dan daun jati atau daun pisang
bekas pembungkus tempe .
Setelah itu laru diremas-remas lalu dicampurkan ke dalam biji kedelai yang
hendak dilakukan peragian. Untuk satu kilo kedelai diperkirakan membutuhkan 2
atau 3 lembar daun yang mengandung laru.
Dalam praktek terjadi kesulitan
memperoleh laru daun karena laru daun tidak dapat disimpan lama dan jumlah
pemakaian sulit dipastikan. Oleh karena itu banyak pengrajin tempe membeli laru buatan berbentuk tepung di
pasar. Bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat laru adalah beras, terigu
dan air bersih. Air bersih dipakai juga dalam proses produksi tempe untuk mencuci serta merebus biji
kedelai sebelum proses fermentasi. Bahan pembungkus tempe adalah daun pisang maupun plastik
berlubang-lubang.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada proses pengolahan tempe agar diperoleh hasil yang baik
ialah:
1.
Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak kotor
2.
Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman
penyakit
3.
Cara pengerjaannya harus bersih
Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih
yang masih aktif (bila diremas membentuk butiran halus atau tidak menggumpal). Jasad
renik atau mikroorganisme adalah mahluk hidup yang terdiri dari satu
atau beberapa kumpulan sel dengan ukuran beberapa mikron (1 mikron =
0,001 mm). Saking kecilnya, mahluk ini hanya bisa dilihat melalui mikroskop
berukuran tertentu. Jasad renik bisa disebut juga sebagai bakteri.
Di dalam tubuh, terutama dalam proses enzimatik,
jasad renik ini memiliki peran di dalam proses perubahan senyawa organik
(karbohidrat, protein dan lemak) menjadi energi dan senyawa anorganik.
Jadi tidaklah mengherankan kalau bahan makanan sejak bahan baku sampai menjadi bahan makanan yang siap
di makan tidak terbebas dari dari kehadiran jasa renik, baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan.
Keuntungan yang diberikan oleh jasa
renik dalam berbagai macam proses adalah:
1. Berperan didalam proses
fermentasi
Tempe, kecap,
oncom, taoco, sosis, keju, tapai, bir, brem, anggur adalah beberapa
jenis makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi yang biasa pula dikenal
dengan istilah 'peragian'. Ada
beberapa jasad renik yang bertugas dalam proses peragian. Diantaranya, Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus tolonifer digunakan untuk mengubah kacang
kedelai menjadi tempe .
Endomycopsis
fibuligera juga mempunyai kemampuan mengubah tepung pati menjadi gula.
Ia sangat dibutuhkan dalam pembuatan tapai singkong, tapai ketan dan lainnya. Ada juga Rhizopus
oryzae yang sanggup mengubah gula menjadi alkohol, ia banyak dipakai dalam
pembuatan bir, brem, atau minuman anggur.
2. Meningkatkan gizi makanan
Terjadi pada
pembuatan tempe maupun bahan makanan lainnya seperti oncom, taoco, terasi dan
sebagainya. Dalam proses pembuatan tempe, protein kedelai diubah menjadi asam
amino yang dapat lebih mudah diserap oleh tubuh.
3. Memperbaiki aroma dan rasa
Bau dan rasa kacang
kedelai yang direbus biasanya
kurang menarik bila dibandingkan dengan kacang kedelai yang
telah diolah melalui proses fermentasi seperti tempe, kecap dan sebagainya.
Juga bau dan rasa susu segar misalnya, akan lebih menarik apabila melalui proses fermentasi menjadi bahan makanan
lainnya seperti yoghurt, keju dan lainnnya.
Proses pembuatan tempe masih perlu ditingkatkan dengan
berbagai penelitian, mengingat tempe memiliki kandungan gizi tinggi, terutama
protein nabati dan memiliki beberapa khasiat antara lain menurunkan kolesterol
darah.
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai,
kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan
sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan.
Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun
penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk
menjaga keseimbangan asam amino tersebut. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani.
Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena
jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi
masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa
makanan seperti keripik, tahu dan tempe ,
serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai.
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas
unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras,
jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam,
kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar
protein susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan
daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram
per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
Kedelai dapat diolah menjadi tempe, keripik tempe,
tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai
makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang
digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali
mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai,
kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan
sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan.
Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani,
namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik
untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
Kacang-kacangan dan
umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu
dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini,
bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti
keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti
keripik, tahu dan tempe.
Kedelai mengandung
protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43
%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging,
ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih
tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Biji kedelai yang
dipakai oleh para pengrajin untuk membuat tempe harus dikupas lebih dahulu dan
biji kedelai tahu digiling sesudah biji kedelai di rendam sekitar 7 jam lebih
dahulu.
Bila seseorang tidak
boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya,
kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang
berasal dari 157,14 gram kedelai.
Kedelai dapat diolah
menjadi tempe , keripik tempe , tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya.
Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan
proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang
biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Tabel 2. Komposisi kedelai per 100 gram bahan
Komponen
|
Kadar (%)
|
Protein
Lemak
Karbohidrat
Air
|
35-45
18-32
12-30
7
|
Sumber
: SK Menteri No 501/Kpts/TP.803/8/1994
Tabel 3. Perbandingan antara kadar protein kedelai dengan
beberapa bahan makanan lain
Bahan Makanan
|
Protein
(% berat)
|
Kedelai
Susu skim kering
Kacang hijau
Daging
Ikan segar
telur ayam
Jagung
Beras
Tepung singkong
|
35,00
36,00
22,00
19,00
17,00
13,00
9,20
6,80
1,10
|
Pertumbuhan kapang menyebabkan terjadinya pemutusan beberapa
ikatan peptida pada protein kedelai sehingga protein kedelai lebih mudah
dicerna dan nilai gizinya meningkat. Tempe juga mengandung beberapa vitamin B,
mineral, lemak dan karbohidrat. Pembuatan
tempe tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang biasa
terdapat di rumahtangga. Walaupun demikian, pengolahan tempe untuk usaha kecil
sangat dianjurkan menggunakan alat-alat mekanis. Tempe juga dapat diolah dalam
bentuk generasi III, yaitu sebagai konsentrat protein, isolat protein, peptida,
serta komponen bioaktif lainnya. Di masa depan, hasil olahan tempe generasi III
ini tampaknya akan memiliki prospek yang sangat cerah, baik untuk kebutuhan
medis maupun gizi. Pada prinsipnya cara pembuatan tempe
dengan cara baru sama dengan cara yang lama atau tradisional dan perbedaannya
adalah terletak pada tahap pengupasan kulit kedelai. Dimana pada cara lama
(tradisional) kedelai direbus dan direndam bersama kulitnya atau masih utuh
sedangkan pada cara yang baru sebelumnya kedelai telah dikupas kulitnya (kupas
kering) dengan menggunakan alat pengupasan kedelai. Tahap-tahap selanjutnya
sama dengan cara tradisional.Tempe yang dibuat dengan cara baru warnanya (warna
kedelai) lebih pucat bila dibandingkan dengan cara lama. Hal ini disebabkan karena
pada cara baru kedelai direbus dan direndam dalam keadaan sudah terkupas
kulitnya sehingga ada zat-zat yang larut. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran
udara yang terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat
sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena
itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka
sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang
satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
2. Uap air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan
kapang. Hal ini disebabkan karena pada setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum
masing-masing untuk pertumbuhannya.
3. Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang
bersifat mesofilik, yaitu mikroba yang dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC).
Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu
diperhatikan.
4. Keaktifan Laru
Laru yang telah disimpan pada suatu periode tertentu
akan berkurang keaktifannya. Karena itu pada pembuatan tempe sebaiknya
digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar dalam pembuatan tempe
tidak mengalami kegagalan.
Untuk membuat tempe
dibutuhkan inokulum atau laru tempe atau ragi tempe. Laru tempe dapat dijumpai
dalam berbagai bentuk misalnya bentuk tepung atau yang menempel pada daun waru
dan dikenal dengan nama Usar. Laru dalam bentuk tepung dibuat dengan
cara menumbuhkan spora kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk.
Bahan yang akan digunakan untuk sporulasi dapat bermacam-macam seperti tepung
terigu, beras, jagung, atau umbi-umbian. Kadar air kedelai pada saat sebelum
fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang. Selama proses fermentasi akan
terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam fermentasi, kadar air
kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40 jam
fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977).
Perubahan-perubahan lain yang terjadi selama fermentasi tempe adalah
berkurangnya kandungan oligosakarida
penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung sampai
fermentasi 72 jam. Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan mengalami
peningkatan dan peningkatannya akan mencapai jumlah terbesar pada waktu
fermentasi 72 jam.
IV. ALAT DAN BAHAN
1.
250 gr kacang kedelai yang baik
dan bersih
2.
250 gr kacang tanah
3.
ragi tempe (Rhizopus
oligosporus)
4.
kantung plastik
5.
daun pisang
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan
dan cuci kacang kedelai, lalu rendam 1 x 24 jam
2. Cuci
kembali sambil kulitnya dan keping bijinya dipisahkan
3. Kukus
sampai agak empuk. Sebelum diangkat, tambahkan dahulu sedikit tepung kanji,
dicampur merata. Angkat dan letakkan di atas tampah yang bersih, biarkan sampai
hangat, di tempat yang terlindung atau ditutup dengan kain kasa.
4.
Inokulasi dengan ragi tempe , diaduk supaya
merata. Kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik yang telah diberi lubang
kecil dengan jarum bertangkai, ujung kantung plastik diratakan sehingga
terbentuk lempengan yang cukup tebal. Hindarkan terlalu banyaknya sentuhan
tangan pada kantung plastik yang telah diberi isi bahan. Inokulasikan pada suhu
28-30 oC selama lebih kurang 24 jam sampai terlihat adanya bintik
air yang merata di seluruh permukaan, lalu simpan pada suhu selama 1 hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar